Pangan adalah suatu
kebutuhan dasar bagi manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan
masyarakat. Ketersediaan
pangan yang cukup belum tentu dapat menjamin terhindarnya penduduk dari masalah
pangan dan gizi. Selain ketersediaannya perlu diperhatikan aspek pola konsumsi
rumah tangga atau keseimbangan kontribusi jenis pangan yang dikonsumsi,
sehingga dapat memenuhi standar gizi yang dianjurkan. Hasil analisa pola
konsumsi tahun 2010 menunjukkan bahwa konsumsi energy actual masyarakat
Indonesia dari kelompok pangan umbi-umbian baru mencapai 87,0 kkal/kap/hari dan
anjuran yang seharusnya 122,0 kkal/kap/hari.
Pemanfaatan
umbi-umbian yang masih rendah khususnya sebagai sumber pangan karbohidrat
non-beras dipicu oleh persepsi yang berlaku umum di masyarakat yaitu pandangan sebagian masyarakat yang
menganggap bahwa pangan lokal sebagai pangan inferior. Sebenarnya sumbangan energi yang dihasilkan oleh
kelompok pangan umbi-umbian tersebut setara dengan energi yang dihasilkan oleh
nasi. Sebagai perbandingan, kalori 100 gram nasi setara dengan 100 gram
singkong atau 50 gram bihun atau 50 gram jagung atau 200 gram kentang atau 50
gram sagu dan atau 150 gram ubi.
Potensi
besar pangan lokal sumber
karbohidrat non beras yang ada di sekeliling kita yang tersedia hampir di
seluruh wilayah Indonesia yang terdapat di pekarangan, kebun, tegalan maupun
ladang. Namun keberadaannya sampai
saat ini masih dilihat sebelah
mata sehingga kurang perhatian dan kurang terberdayakan. Di sisi lain konsumsi jagung hanya mencapai 6,3 Gram/Kapita/Hari seakan-akan dilupakan masyarakat karena faktor prestice dan budaya masyarakat, serta
maraknya produk-produk siap saji yang sangat mudah dan murah untuk
memperolehnya seperti mie dan
roti (gandum) yang menyumbang konsumsi sebesar 10,1Gram/Kapita/Hari, ini benar-benar telah menggeser posisi pangan lokal, dan dalam
jangka panjang akan memberi
keuntungan yang besar terhadap negara lain.
Disamping
itu masih terdapat kelemahan dalam pengembangan usaha kecil bidang pangan
seperti:
1. kurangnya
permintaan terhadap aneka olahan pangan lokal dari masyarakat.
2. rendahnya
ketersediaan aneka olahan makanan yang berbahan pangan lokal.
3. rendahnya
produktivitas dan kualitas produk hasil olahan pangan lokal oleh usaha kecil
bidang pangan.
Hal
ini disebabkan karena usaha kecil bidang pangan maupun rumah tangga memiliki keterbatasan terhadap aspek
teknologi, finansial, manejemen dan sumber daya.
Berdasarkan beberapa permasalahan
tersebut, maka perlu digali berbagai sumber daya alam lokal yang selama ini
belum dimanfaatkan potensinya untuk pembangunan pertanian. Dengan tergalinya
potensi sumber daya alam lokal diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang
timbul dengan pemanfaatan sumber daya
local non beras sebagai sumber karbohidrat sehingga pertanian dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi,
Sudah tiba saatnya
generasi-generasi muda “kita” menyadari akan keadaan tersebut. Dengan harapan generasi muda kita dapat
mencari solusi terhadap permasalahan pertanian dan kebutuhan pangan pada saat ini. Himpunan Mahasiswa
Agroekoteknologi menyelenggarakan Lomba
Karya Tulis Ilmiah. Semoga kegiatan ini benar-benar mampu membuka wawasan
dan membentuk sikap positif generasi muda dalam kesadaran akan kebutuhan pangan.
Tujuan Kegiatan
Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah
- Meningkatkan
”Sense of belonging and
responsibility” masyarakat khususnya generasi muda Bali terhadap dunia
pertanian
- Membuka
wawasan dan membentuk sikap positif masyarakat khususnya pemuda Bali dalam
kebutuhan pangan
- Menumbuhkan
kembangkan serta meningkatkan peran serta pemuda dalam pengembangan dunia
pertanian
- Membuka
pemikiran pemuda tentang permasalahan pertanian yang berkembang pada saat
ini khususnya mengenai kebutuhan
pangan.